
Cerita Dewasa - Panas
Perselingkuhan Dengan Seorang Dokter - Cerita seks panas perselingkuhan
dengan seorang dokter – Kisah ini terjadi beberapa tahun yang lalu. Sudah lebih
dari 5 tahun usia perkimpoianku dengan Hendra, tapi belum juga menghasilkan
momongan, setelah mencari informasi ke teman teman akhirnya aku mendapat
rekomendasi dokter kandungan bagus yang berpraktek di kawasan elit
Jakarta.
Setelah membuat appointment,
aku dan suamiku sudah berada di ruang tunggu dokter Andri, pasien yang menunggu
sudah banyak, dan ternyata kami mendapat nomer terakhir tepat sebelum ditutup
pendaftarannya
Pukul 21:00 dipanggillah
namaku oleh suster, aku masuk ke ruangan dokter Andri sendirian, sementara
suamiku harus menunggu di ruang tunggu, konsultasi dilakukan di ruang praktek
sendiri.
Betapa terkejut dan shock aku
dibuatnya karena tanpa diduga ternyata dokter Andri adalah mantan pacarku dulu
sewaktu SMA di sebuah kota kecil di Jawa Timur, kami memang bersahabat karena
tiap kali pulang selalu bersamaan karena jalan ke rumahnya melewati rumahku,
hingga akhirnya kami berpacaran saat dia kelas 3 menjelang ujian akhir, dia
adalah kakak kelasku satu tahun di atas, sebagai jagoan basket tentu banyak
teman wanitaku yang mencoba menarik perhatiannya, tapi ternyata pilihan jatuh
kepadaku.
Hubungan kami tidak
berlangsung lama karena setelah seleai SMA dia harus kuliah di Jakarta
sementara aku ternyata sudah dijodohkan orang tuaku dengan seorang Insinyur
yang mengerjakan proyek di dekat tempat tinggalku, dan setahun kemudian
kimpoilah aku dengan Hendra saat usiaku masih ingin menikmati masa muda dan
remajaku.
“Lily !!!” teriak dokter Andri
“Andri !!!” teriakku bersamaan
tak kalah terkejutnya.
Ternyata penampilan kami tidak
banyak berubah meskipun sudah berpisah lebih dari sepuluh tahun, Andri yang aku
kenal masih seperti yang dulu, tapi terlihat lebih dewasa, sehingga tidak ada
rasa asing diantara kami.
“Ly, gimana kabarmu selama
ini, kemana aja kamu” Tanya Andri
Aku malu karena akulah yang
meninggalkan dia untuk kimpoi dengan Hendra, meskipun itu bukan kemauanku dan
aku tetap mencintainya sebagai cinta pertamaku.
Aku diam saja dan menunduk
malu karena merasa bersalah dan sepertinya dia tahu perasaanku.
“Sudahlah Ly, semuanya sudah
berlalu dan kini kita masing masing punya kehidupan sendiri sendiri” kata
Andri, terdengar nada kepedihan di perkataannya.
“Oke sekarang apa masalahmu ?”
Tanya Andri sudah berganti menjadi dokter Andri.
Kemudian aku menjelaskan
permasalahanku yang tak juga kunjung punya anak, malu juga sebenarnya
menceritakan ini kepada bekas pacar yang kutinggalkan.
Lalu dia melakukan sedikit
Tanya jawab mengenai seputar kehidupan dan sesekali menyerampet ke masalah sex
yang cukup sensitive, tapi itu kuanggap sebagai bagian dari tugas dia.
“oke, silahkan berbaring, biar
aku periksa” kata dokter Andri
Aku menuruti saja perkataanya,
kemudian dokter Andri mulai memeriksa tubuhku, bisa kurasakan tangannya gemetar
ketika memeriksa kondisi tubuhku, sepertinya ada rasa nervous pada dokter Andri
begitu juga aku, mungkin dia tahu degup jantungku yang berdetak tak normal
ketika stetoskop di tempelkan di dadaku. Sepertinya kami berdua merasa
canggung.
Dokter Andri memintaku melepas
celana dalamku karena dia mau USG, dengan gemetar aku memenuhi permintaanya dan
posisi kakiku mekangkang di tempat yang sudah disediakan. Posisi dokter Andri
tepat diselangkanganku yang sudah tidak tertutup, aku yakin sekali dia bisa
melihat alat kewanitaanku dengan jelas, entah apa yang ada dipikiran dia aku
nggak tahu, kemudian dia memasukkan alatnya USG ke vaginaku, dan tampaklah di
layar monitor alat itu gambaran rahimku. Setelah melakukan diagnosa, selesailah
USG dan dia memintaku kembali duduk tempat duduk semula, lalu menjelaskan
diagnosanya terhadap rahimku dan beberapa tindakan yang harus dilakukan.
Selesailah acara konsultasi
dengan dokter Andri, aku beranjak dari kursi dan menjabat tangan dokter Andri,
aku tak punya kekuatan ketika dokter Andri mencium pipi kananku bahkan ketika
ciumannya berpindah kekiripun aku tetap tiada kekuatan untuk menolaknya, bahkan
seperti diluar kendaliku, tanganku segera meraih kepala Andri dan kucium
bibirnya dan dia memberi respond dengan mengulum bibirku, cukup lama kami
berciuman melepas rindu yang sudah lama terpendam dan tak sempat berkembang.
Setelah kami tersadar, Andri melepas ciumannya, aku sebenarnya ingin lebih lama
lagi bersama dia, napasku sudah memburu tak karuan, tapi dia sudah memanggil
suster yang di luar.
“aku ingin kenalan dengan
suamimu, kalau kamu nggak keberatan kupanggil dia masuk sekarang” katanya
“Sus, tolong panggil suami
Nyonya ini masuk” perinyahnya pada suster.
Aku diam saja mengatur napas
ketika susternya masuk. Kemudian Hendra masuk ke ruang konsultasi dan duduk di
sebelahku, kuremas tangannya untuk menenangkan diriku sendiri, karena aku tak
tahu apa yang dimaui Andri.
“Pak Hendra, sepertinya istri
anda perlu pemeriksaan lebih lanjut, kalau anda tidak keberatan aku akan
melakukan beberapa test, perlu waktu mungkin sekitar 30 – 45 menit mungkin
lebih, atau Senin minggu depan supaya waktunya lebih lama”
Suamiku diam saja lalu melihat
ke arahku, aku Cuma menganggukkan kepala karena masih bingung dengan apa maunya
dokter Andri.
“baiklah dok, daripada minggu
depan antri lagi, sekarang saja dok udah tanggung” jawab suamiku pasrah.
“oke silahkan tunggu diluar ”
kata Andri sambil mempersilahkan suamiku keluar.
Begitu pintu ruang konsultasi
di tutup, Andri menghampiriku.
“not bad, pantesan kamu mau
meninggalkan aku demi dia” katanya sambil tangannya menarikku ke pelukannya,
dan kami kembali berdiri berciuman.
Tangannya berpindah ke
pantatku dan menyingkap rokku, meremas pantatku yang telanjang karena aku
memang belum mengenakan kembali celana dalamku, karena nervous.
Ciuman kami begitu bernafsu,
maklum kangen berat, bibir Andri sudah turun ke leherku, tak mau kalah kupeluk
dia erat erat saat Andre mengelus dan meraba raba pentatku, nafasku berpacu
dengan nafsu.
Antara kesadaran sebagai
seorang istri dan rasa kangen serta ingin menebus kesalahan masa lalu saling
muncul silih berganti, tapi akhirnya menghilang saat dokter Andri mulai membuka
resluiting bajuku dan dipelorotkan ke bawah. Aku kembali memeluknya ketika
tinggal bra ungu yang menutupi bagian intim tubuhku. kubuka celananya hingga
melorot kebawah dan tanganku langsung menuju ke penisnya yang masih tertutup
celana dalam, kurasakan ketegangan dan keras seperti batu, agak malu juga aku
telanjang di depan dia tanpa sehelai benangpun menempel di tubuhku, baru kali
ini aku dalam posisi seperti ini selain dengan suamiku. Andri langsung menyerbu
kedua bukit di dadaku yang masih tertutup bra sutera, diciuminya kedua bukit
itu dengan gemas, sesaat kemudian bra-ku tak bertahan lagi di tubuhku.
“kamu ternyata makin montok
saja, dan buah dadamu makin indah dan terawat dibanding dulu, makin matang dan
lebih sexy” katanya sambil memandangi tubuhku yang sudah telanjang dan langsung
membenamkan kepalanya di antara kedua belah bukit di dadaku.
Meskipun pacaran kami tak
lama, tapi karena kami sudah berteman sejak lama, maka pada masa pacaran kami
sudah pernah saling meraba dan melihat, hanya sebatas itu, paling banter
peting.
Andri sudah mendaratkan
lidahnya ke puncak bukitku, dia mempermainkan lidahnya di putingku, secara
bergantian dari kiri ke kanan dan seterusnya sambil tangannya meremas remas
dengan penuh gairah seakan tak ingin kehilangan diriku lagi.
Kurasakan kenikmatan yang tak
terkira, gairah sexualku mulai naik, aku hanya bisa menggelinjang, kugigit
bibirku karena tidak bisa mendesah dan menjerit dalam kenikmatan, takut ketahuan.
Andri mendudukkanku di meja
prakteknya, dengan hati hati disingkirkannya peralatan kerjanya ke kursi
samping supaya tak menumbilkan curiga pada suster maupun suamiku yang menunggu
di luar. Kakiku dipentangkan lebar seperti saat konsultasi tadi, tapi kali ini
kepala Andri langsung menuju ke selangkanganku, dibenamkannya kepalanya
diantara kedua pahaku, ternyata Andri mempermainkan vaginaku dengan lidahnya.
Kuremas rambutnya sebagai pelambiasan karena aku tidak bisa melampiaskan dengan
menjerit atau mendesah seperti biasa kulakukan. Napasku sudah berpacu dengan
birahiku, dengan indahnya Andri mempermainkan irama jilatannya di daerah yang
benar benar peka, sepertinya dia sangat menguasai peta anatomi daerah erotica
vaginaku, dan aku dibuatnya melayang layang menuju puncak kenikmatan,
jilatannya sungguh teratur, halus tidak kasar tetapi memberikan kenikmatan yang
tiada tara, permainan di daerah klitoris maupun kombinasi permainan lidah dan
kocokan jari tangannya terlalu berlebihan kenikmatannya.
Hampir saja aku menjerit kalau
saja Andri tidak segera menghentikan permainan lidahnya.
“please Ndri, jangan goda aku,
sekarang please” desahku pelan takut terdengar suamiku yang menunggu di luar,
entah dia dengar atau tidak.
Mengerti akan permintaanku,
Andri mengakhiri permainan lidahnya, dia berdiri didepanku, mengamati aku yang
lagi terbakar birahi.
“kamu makin cantik dan
mempesona apalagi kalau lagi bernafsu seperti ini” katanya sambil melepas baju
dan celananya, tangannya mengatur penisnya ke vaginaku.
Kami kembali berciuman,
tanganku memegang penisnya dan mengocoknya.
“sepertinya lebih besar
daripada dulu” bisikku sambil meremas remas penisnya.
Dia hanya tersenyum ketika
kubimbing penis itu ke vaginaku yang sudah basah, kusapukan sejenak ke bibir
vaginaku, ternyata Andri tidak mau menunggu terlalu lama, dia langsung
mendorong masuk penisnya ke vaginaku yang sudah basah, gerakannya perlahan tapi
makin lama makin masuk ke dalam, hingga semua batang penis Andri terbenam ke
vaginaku didiamkannya sejenak.
Ini adalah penis kedua yang
menikmati hangatnya vaginaku selain suamiku, karena aku memang tidak pernah
berselingkuh dengan laki laki lain. Sebenarnya ukuran penis Andri boleh
dibilang sama dengan punya Hendra, tapi karena bentuknya berbeda, maka aku
merasakan sensasi yang berbeda antara Andri dan suamiku.
“pelan pelan, ndri” bisikku
“lebih dari sepuluh tahun aku
mendambakan saat saat seperti ini” jawabnya sambil memandangku penuh kemesraan.
Andri menarik keluar secara
perlahan dan kembali memasukkan secara perlahan pula dan makin lama makin
cepat, tapi halus dan tidak liar. Sungguh indah permainan Andri, dengan penuh
perasaan dan penuh kenikmatan, dia mengocok vaginaku dengan penisnya tangannya
meraba dan meremas buah dadaku.
Aku telentang di meja,
diangkatnya kakiku ke pundaknya, tangannya meremas kedua buah dadaku,
gerakannya tetap teratur seakan dia menikmati setiap gesekan dan gerakan dari
tubuhku, pandangan matanya tak pernah lepas dari mataku sungguh menghanyutkan
pandangannya. Dirabanya seluruh tubuhku seolah tak mau terlewatkan sejengkalpun
dari jamahannya.
“terlalu lama aku merindukan
seperti ini, selama hampir tiga tahun pertama sejak perkimpoianmu aku
membayangkan saat seperti ini” katanya tanpa menghentikan gerakannya
“Ndri, please jangan ungkit
itu lagi” kataku pelan disela sela kenikmatan
Andri lalu membalikkan
tubuhku, kini aku tengkurap di meja kerjanya, dengan perlahan Andri kembali
memasukkan vaginaku, kali ini dari belakang. Kembali aku merasakan kenikmatan
yang datang silih berganti antara sodokan, elusan dan ciuman di punggung serta
remasan di dadaku, aku merasakan bercinta dengan seorang good lover yang
romantis, yang tahu kapan saatnya untuk berbuat apa, dia sepertinya tahu persis
yang bisa membuatku melambung ke awan kenikmatan birahi, kurasakan kocokan yang
penuh kemesraan dan perasaan. Lalu Andri menarik tanganku, kini aku setengah
berdiri dengan tanganku dipegangi dari belakang sama Andri, dikocoknya dengan
tiada henti, ingin rasanya teriak atau mendesah merasakan kenikmatan ini, tapi
suamiku masih menunggu diluar sementara Andri mengaocokku dari belakang makin
lama makin keras, iramanya kini berubah liar dan tidak beraturan, meskipun agak
kaget dengan perubahan iramanya tapi aku menikmati juga variasi ini.
Kini aku dihadapkan ke di
tembok, tanganku tertumpu pada tembok menahan tubuhku, kaki kanankudiangkat
Andri dan dia mengocokku dengan keras dan cepat, mungkin suamiku menunggu di
balik tembok ini aku tak tahu, tapi aku tahu pasti kalau suamiku masih di luar
sana dan aku yakin sekali dia akan segera tahu kalau aku teriak atau mendesah
dalam kenikmatan.
Kutengok ke belakang, wajah
Andri tersenyum penuh kemenangan, kemenangan karena dia bisa mempermainkan aku
sementara aku hanya bisa menahan desah kenikmatan.
“kamu gila Ndri” ucapku pelan
dan hanya dibalas senyum dan hentakan di vaginaku. Aku merasakan kenikmatan
yang tak bisa kugambarkan, suatu kenikmatan yang bercampur ketegangan suatu
petualangan yang nyerempet bahaya tapi benar benar kunikmati.
Tiba tiba pintu kamar di
ketok.
“sebentar sus” teriak Andri
sedikit panik
“kita masuk tempat periksa,
bawa bajumu” perintahnya, dan kami berdua masuk tempat periksa dan menutup
gordennya.
Bukannya berhenti, Andri malah
kembali mendorongku hingga aku berdiri membungkuk dan bersandarkan kursi, tanpa
mempedulikan protesku dia kembali melesakkan penisnya ke vaginaku.
“gila kamu” protesku
“masuk sus” katanya sebagai
jawaban sambil terus menyodokku dengan keras, aku hanya menggigit bibirku
menahan kenikmatan ini.
“dok, sudah jam sepuluh lebih,
kalau dokter tidak memerlukan saya lagi, saya permisi pulang dulu ya” kata
suster dari luar gordin
“oke sus, sampai besok, tolong
panggilkan Pak Hendra kesini” jawab Andri tanpa menghentikan kocokannya
“apa apaan ini” protesku
kembali dengan pelan setelah kudengar pintu ditutup suster
“tenang saja, percayalah aku
takkan terjadi apa apa” katanya dan kocokannya makin keras disertai remasan yang
kuat pada buah dadaku yang menggantung sesekali diselingi tarikan pada
rambutku, kugigit bibirku kuat kuat ketika kudengar pintu kembali dibuka.
“ya dok, sudah selesai ?”
kudengar suara suamiku dibalik gordin
“Pak Hendra, mohon tunggu
sebentar lagi ya, mungkin 15 menit lagi, sudah hampir selesai koq” jawab Andri
tenang, tak setenang kocokannya di vaginaku, aku menggigit jariku menahan desah
napasku, tegang dan nikmat bercampur menjadi suatu petualangan yang tak pernah
kubayangkan sebelumnya.
Aku bercinta dengan mantan
pacarku sementara suamiku hanya terpisah selembar kain gordin diluar sana, aku
merasakan ketegangan yang hebat, tapi diluar dugaanku justru menambah erotis
dan sensasi dari dalam diriku.
“iya pa, nggak tahu dokter
Andri, maunya macam macam nih” jawabku terbawa emosi erotis sambil meremas
sandaran kursi menahan desah karena kocokan Andri.
“nggak apa Pak Hendra, ini
sudah biasa koq, dari pada nggak kelar” kembali Andri menimpali sambil meremas
kedua buah dadaku dengan makin keras, aku hampir menjerit kalau tak ingat
suamiku diluar sana, kupelototi dia sebagai protes tapi dia tersenyum saja.
“oke dok, nggak usah terburu
buru, diselesaikan saja dok, yang penting hasilnya, ma papa tunggu diluar ya,
jangan pikirin aku diluar, ikuti saja kata dokter Andri” jawab suamiku dari
balik gordin, lalu kudengar pintu tertutup.
“tuh kan suamimu sendiri
bilang nggak usah terburu buru, jangan pikirin dia suruh ikutin kataku ” kata
Andri menggoda, kocokannya makin cepat seakan menumpahkan segala rindu dan
dendam yang terpendam bertahun tahun
Kini aku ditelantangkan di
tempat tidur pasien, tubuhnya lalu naik di atasku, kini kami telanjang dan
kembali berpelukan dan berciuman di ruang prakteknya, untuk kesekian kalinya
dia memasukkan penisnya ke vaginaku terus mengocoknya, karena tempat tidur
berbunyi ketika digoyang, Andri pindah ke kursi, ditariknya tubuhku
kepangkuannya.
Aku segera mengatur posisiku
dipangkuannya, sesuai “petunjuk” suamiku untuk mengikuti kata Andri. Kini ganti
aku yang mengocok Andri, posisi ini adalah favouritku. Tanpa menunggu lebih
lama lagi, segera kugoyang dan kuputar pantatku hingga terasa vaginaku diaduk
aduk Andri. Tak mau kalah, Andri meremas buah dadaku dan mengulum kedua
putingku dengan sedotan yang kuat, aku tak bisa bertahan lebih lama lagi, maka
sampailah ke puncak kenikmatan tertinggi, orgasme pertama yang kualami selain
dengan suamiku. Kugigit keras jariku untuk menahan jeritan orgasmeku supaya tak
terdengar dari tempat suamiku menunggu.
“udah Ndri, keluarin please”
pintaku setelah mengalami orgasme
“kan suamimu bilang nggak usah
buru buru” goda Andri
Tak tahan dipermainkan lebih
lama, dengan sisa tenaga yang ada, aku goyang makin liar dan cepat, Andri
membenamkan kepalanya di antara buah dadaku, sepertinya dia sudah tak tahan
lagi, makin keras sedotan di putingku.
“aku mau keluar, di dalam ya
Ly” pintanya
“gila kalau hamil gimana”
protesku
“berarti terapinya sukses”
jawabnya sambil kembali meremas dan menyedot putingku, aku ingin berdiri
melepaskan pelukan Andri tapi terlambat ketika kurasakan denyutan dan semprotan
yang keras dari penis Andre mengenai sisi dalam vaginaku, terasa begitu keras
denyutan itu hingga aku terhanyut dan mengalami orgasme untuk kedua kalinya
dengan Andri.
Aku terkulai lemas,
kusandarkan kepalaku dipundak Andri, dia membelaiku dengan penuh kasih sayang,
terhanyut aku dalam belaiannya dan pangkuannya, tubuh kami menyatu dan
kurasakan degup jantung Andri, keringat kami saling menempel menyatu dalam
kenikmatan, sesaat aku melupakan kalau suamiku menunggu dengan setia di luar
ruangan.
Beberapa saat kemudian kami
tersadar dan segera berbenah, kukenakan kembali pakaianku dan merapikan make up
di wajahku, setelah dirasa semua sudah aman, Andre memanggil suamiku untuk
masuk.
“Pak Hendra, istri anda memang
hebat, dia bisa tahan lama dengan kondisi seperti ini” kata dokter Andri sambil
melirik ke arahku
Aku hanya senyum senyum saja
mendengar perkataannya, tapi tidak dengan suamiku.
“maksud dokter ?”
“ada sedikit kelainan pada
rahim istri anda, dengan kondisi seperti ini kalau capek atau kondisi tertekan
dia akan sangat kesakitan” jelasnya, kemudian dia menjelaskan dengan bahasa
kedokteran yang bagi kami berdua tidak mengerti sama sekali, tapi aku iyakan
saja.
“saya akan melakukan therapy
dua kali seminggu kalau bisa senin disini dan kamis di tempat praktek saya di
rumah supaya bisa lebih lama” jelas Andri sambil melirikku kembali
“saya sudah melakukan terapi
awal, sementara ini harap jangan berhubungan dulu selama satu minggu, setelah
satu minggu datang lagi ke sini akan saya beri terapi dan obat untuk bisa
berhubungan besoknya” lanjut Andri kembali melirikku pertanda dia merencanakan
sesuatu.
“saya ikut apa kata dokter
saja, mana yang terbaik bagi istriku terbaik pula bagi kami” jawab suamiku
“oke Pak Hendra, bu Hendra,
kita sudah sepakat, sampai senin di tempat praktek saya di rumah, harap
reservasi dulu senin pagi supaya tidak terlalu lama menunggu” kata Andri sambil
menyerahkan kartu namanya ke suamiku.
Selama percakapan ini,
kurasakan sperma Andri menetes keluar dari vaginaku, entah berapa banyak yang
tertampung di celana dalamku.
Akhirnya kami pergi ketika
lonceng pukul 11 malam berbunyi, berarti aku sudah bersama Andri paling tidak
selama dua jam, dan lebih dari satu jam melakukan sex dengan dia, Andri
mengantar kami hingga pintu, sebelum meningalkan kami, dia masih sempat meremas
pantatku.
“jangan lupa senin untuk
reservasi dulu” katanya terus menghilang dibalik pintu. Ketika suamiku mengurus
pembayaran, aku ke toilet untuk membersihkan sisa sperma Andri yang menetes di
pahaku.
“Dokter Andri orangnya masih
muda, ganteng lagi, pantesan banyak pasangan muda yang menjadi pasiennya” kata
suamiku ketika dalam perjalanan pulang
“cara dia menangani pasien
begitu tenang, cool gitu, sehingga kita seperti berhadapan dengan seorang teman
bukan seorang dokter” jawabku
“Senin aku antar lagi deh,
lebih sore biar tidak terlalu malam dan terapi-nya tidak terburu buru” tambah
suamiku tanpa prasangka
Hari Senin setelah reservasi
pagi hari, aku ternyata mendapat nomer terakhir lagi, diminta datang pukul 7
malam di tempat praktek Andri.
Tempatnya di lingkungan perumahan
yang elit dan asri, suasananya begitu nyaman untuk tempat tinggal, ternyata
Andre membuka praktek di paviliun samping rumahnya yang gandeng dengan rumah
utama.
Pukul 6:30 malam aku dan suami
sudah sampai di tempat praktek, ada 2 pasien yang menunggu di situ, rata rata
masih muda, seusia kami.
Setelah menunggu lebih dari
satu jam dan tidak ada pasien lainnya lagi, akhirnya suster cantik itu
memanggil kami masuk.
Di depan kami berdua Andri
begitu berwibawa seperti layaknya seorang dokter.
“bagaimana Pak Hendra, apa
anda mengikuti petunjuk saya untuk tidak berhubungan paling tidak hingga Kamis
depan ?” Tanya dokter Andri
“ya bagaimana lagi dok, kalau
ingin berhasil kita ikutin anjuran dokter saja” jawab suamiku seperti pasrah,
sebenarnya nggak tega juga aku melihat expresi wajahnya.
“kali ini mungkin tidak selama
yang pertama, paling lama satu jam, Pak Hendra boleh tunggu di sini atau di
luar” kata Andri
“saya tunggu di luar,
tempatnya sejuk dan asri, boleh saya Tanya dok ?” kata suamiku
“silahkan”
“kenapa suami tidak boleh
menemani istri untuk konsultasi”
“banyak alasan, pertama, biar
tidak terlalu banyak pasien kalau suaminya tidak setuju, sebagai upaya
pembatasan pasien secara halus, kalau nggak gitu bisa tiap hari saya selesai
praktek jam 12 malam. Kedua, saya tentu akan merasa canggung bila memeriksa si
istri sementara sang suami melototi kerja saya. Ketiga belum saatnya, setelah
periksa istri dan ternyata tidak ada masalah maka mungkin masalahnya ada di
suami, baru saya akan periksa suaminya, itulah metode pengobatan saya” jawab
Andri
“oke dok, aku tunggu di luar
saja” kata suamiku langsung keluar meninggalkan aku berdua dengan Andri.
Sepeninggal suamiku, Andri
langsung menarikku di pangkuannya, kami berciuman mesra, tangannya langsung
meraba ke dadaku diremasnya dengan penuh gairah. Aku mulai mendesis pelan
ketika ciumannya sampai di leherku.
“jangan mendesah disini
sayang, ntar suamimu dengar” bisiknya, dia sudah berani bilang sayang seperti
dulu kala.
“bagaimana dengan suster
diluar” tanyaku
“kenapa ” dia tak berani masuk
kalau tidak aku panggil”
Tangan Andri dengan terampil
membuka resliting di belakang hingga rok-ku langsung melorot ke pingggang, aku
sengaja pakai pakaian rok terusan yang simple supaya mudah “dilucuti”, aku
membalasnya dengan membuka bajunya dan melemparnya ke meja.
Aku kemudian berdiri, dengan
sendirinya rok-ku melorot ke lantai, kini aku hanya mengenakan bra hitam
berenda setelan dengan celana dalamku, aku memang berusaha tampil sexy dan
menggoda di depan Andri, dan ternyata berhasil, dia memandang dengan seksama ke
arahku, menikmati setiap lekuk kemolekan dan keindahan tubuhku.
“kamu sungguh cantik dan sexy”
komentarnya, sambil berdiri melepas celananya.
Aku memutar tubuhku seperti
layaknya seorang model pakaian dalam, kemudian memulai gerakan erotic seperti
penari streaptease, Andri duduk kembali di kursi menikmati tarian erotic-ku
sambil meremas remas penisnya yang mulai menonjol dari balik celana dalam
biru-nya.
Sesekali kugoda dia dengan
menempelkan buah dadaku di wajahnya lalu menariknya kembali. Perlahan
kulorotkan kedua tali bra-ku lalu diikuti melepas bra dari tubuhku dan
kulemparkan ke wajah Andri, tampaklah buah dada kebanggaanku menggantung indah
menantang terpampang di depannya.
Andri menelan ludah, dia
berusaha menarikku ke pelukannya tapi aku menghindar menggoda, semakin dia
terbakar birahi semakin baik bagiku, aku ingin menggodanya. Sensasi dan rasa
erotis di diriku makin naik mengingat bahwa kini aku sedang menari streaptease
di depan Andri yang hampir telanjang sementara suamiku menunggu di luar dan
istri Andri ada di ruangan sebelah bersama anaknya, sungguh permainan
ketegangan yang menggairahkan.
Andri sepertinya makin
terbakar birahinya, kini dia sudah melepas celana dalamnya dan meremas remas
penis-nya sambil menikmati tarian erotisku.
Celana dalam satu satunya
penutup tubuhku masih menempel indah, tapi Andri sepertinya sudah tidak tahan
lagi dengan dorongan birahinya, dia lalu berjongkok di depanku, kakiku kananku
dinaikkan ke kursi, dari celah celana dalam dia mulai mencium dan menjilati
vaginaku yang sudah basah karena begitu terangsang menikmati sensasi ini.
Permainan lidah Andri tak
terlalu lama, dia lalu menarik turun celana dalamku hingga kami sama sama
telanjang. Andri meneruskan pekerjaannya, jilatan lidahnya menyusuri pangkal
paha hingga bibir vaginaku. Klitoris adalah bagian yang paling mendapatkan
perhatian khusus dari Andri, cukup lama dia memainkan lidahnya di klitorisku
dengan berbagai macam gerakan lidah, entah jurus apa yang dia pakai hingga aku
hanya bisa menggigit bibir bawahku menahan desah. Kuremas rambutnya dan
kudorong lebih dalam ke vaginaku.
Aku duduk di kursi dokter,
kepala Andri kembali menempel di selangkanganku, dia sungguh menikmati
permainan ini begitu juga aku, permainan lidahnya sungguh jauh lebih lebih
nikmat dibanding dengan suamiku, mungkin dia melakukan dengan menggunakan
teori.
Desah tertahan sungguh
merupakan siksaan tersendiri bagiku, tapi tidak bagi Andri, dia menikmati
siksaanku ini, dia menyukai expresi wajahku ketika menahan desah kenikmatan,
apalagi saat orgasme.
Setelah puas menikmati
vaginaku, Andri lalu berlutut di depanku dan mengatur posisinya sebelum
memasukkan penisnya ke vaginaku. Aku nggak mau melakukan terlalu cepat, kuminta
Andri berdiri berganti posisi, dia duduk di kursi, kini aku berlutut di
depannya, kuciumi penisnya, dengan gerakan menggoda, kujilati kantung bolanya,
kupermainkan lidahku di batang dan ujung kepala penisnya sebelum memasukkan
penisnya kemulutku. Akhirnya hampir semua batang penisnya masuk dalam mulutku,
dengan sliding aku mulai mempermainkan dia, kini dia mendesah tertahan karena
takut ketahuan, baik oleh istrinya maupun suamiku di luar sana.
Sepertinya dia hampir tak
tahan, lalu tubuhku dibopongnya menuju kamar sebelah yang sambung ke ruang
praktek dia. Kamar itu tidak terlalu luas, dengan ranjang yang cukup besar dan
bersih, dindingnya di hiasi cermin seukuran ranjang.
“kamar apaan ini ?” tanyaku masih
dalam gendongannya
“untuk pasien kalau perlu
periksa sperma, ntar juga kamu akan tahu dan mengalami” jelasnya
“kamu boleh teriak sepuasnya,
karena terlalu jauh dan tak akan terdengar oleh suamimu dari ruang tunggu
pasien, kamar ini dirancang kedap suara” lanjutnya
“bagaimana dengan istri dan
anakmu ?” tanyaku
“ada di dalam mungkin sedang
nonton TV sama anakku, dia baru berumur 2 tahun” Andri merebahkuan tubuhku di
ranjang, dengan mesra dan penuh gairah dia menciumi kedua buah dadaku sambil
menindih tubuhku.
“ssssssshhhhh?”.. aagghhhh”
aku sudah berani mendesis meski perlahan sebagai pelampiasan atas kenikmatan
yang aku alami.
“Ndri, fuck me please
nooooowwwwww” pintaku sambil mengocok penis Andri
Tanpa membuang waktu lebih
lama, Andri segera memasukkan penisnya yang sudah sekeras batu ke vaginaku yang
sudah basah, dengan tiada kesulitan yang berarti melesaklah penis itu ke
vaginaku, masuk semua tanpa tersisa. Meskipun sudah pernah sekali melakukan
dengan Andri, masih saja kurasakan perasaan asing di vaginaku, karena bentuknya
yang berbeda dengan suamiku.
Kupeluk erat tubuh Andri
seolah tubuh kami menyatu dalam panasnya api birahi yang membara, sambil tetap
berpelukan dan berciuman, Andri mengocokku dengan penuh perasaan, pantatnya
turun naik di atas tubuhku, kunaikkan kakiku menjepit pinggulnya untuk
memberikan jalan supaya bisa masuk lebih dalam.
“aaaaagghhhh”.. yaaa?” yesss”.
trussss Ndri” desahku mulai agak keras, aku mulai menemukan irama permainanku
mengimbangi goyangannya, kami bergulingan di atas ranjang sempit itu, terkadan
aku di atas kadang dibawah.
Cukup lama kami dengan posisi
ini, tak terasa kedua peluh sudah menetes campur menjadi satu, seperti
menyatunya tubuh kami dalam lautan kenikmatan.
Memang asik bercinta dengan
Andri, begitu penuh perasaan karena memang diantara kami bukan cuman nafsu yang
berperan tapi api cinta masih belum padam sepenuhnya, dan sekaranglah saatnya
menuntaskan cinta yang terpendam, bukan berarti aku tidak cinta sama suamiku
tetapi rasa cinta dan nafsu kali ini sungguh berbeda.
Kami bercinta layaknya
sepasang kekasih yang dilanda kangen berat, apalagi sudah tiga hari tidak
berhubungan dengan suamiku. Dengan bebas dan tanpa beban aku bisa
mengekspresikan kenikmatanku dalam desahan desahan dan jeritan ringan, apalagi
ketika Andri mulai mengocok dengan cepat dan keras hingga ranjang ikut
bergoyang keras.
Kuimbangi permainan irama
Andri dengan menggerakkan tubuhku melawan gerakan Andri, kujepit tubuhnya
dengan kedua kakiku yang mengapit di punggungnya sehingga pantatku ikut
terangkat membuat Andri lebih dalam menanamkan penisnya di vaginaku. Kurengkuh
sebanyak mungkin kenikmatan dari Andri sebanyak yang bisa dia berikan, Andri
mengangkat tubuhnya hingga tertumpu pada lutut, kakiku dipentangkan membuat
vaginaku terbuka lebat, kocokan Andri semakin cepat secepat degup jantung kami.
Dengan posisi seperti ini kami
bisa saling memandang sambil bercinta, kuamati wajah dan tubuhnya yang
bersimpuh peluh kenikmatan, wajah Andri menurutku jauh lebih tampan
dibandingkan dulu, lebih matang.
Cukup lama kami bercinta
dengan posisi ini, dia lalu telentang di sampingku, tanpa menunggu
permintaannya, segera aku jongkok di atas penisnya, perlahan kuturunkan tubuhku
sampai semua penis Andri masuk ke vaginaku semua.
Penis Andri terasa menyetuh
dinding terdalam dari vaginaku, kunaikkan kembali tubuhku lalu kuturunkan
begitu seterusnya hingga aku bisa mengocokkan penisnya ke vaginaku. Andri
meraba dan meremas kedua buah dadaku sambil memainkan putingnya, membuat aku
bertambah terbakar dalam birahi. Kurobah gerakanku menjadi berputar seperti
orang ber hula-hop, vaginaku terasa seperti diaduk aduk penis Andri yang masih
keras itu, sambil menggoyang pinggul kuraba dan kupermainkan kantong bolanya
sehingga Andri kelojotan merem melek, matanya melotot ke arahku, pancaran
kenikmatan kutangkap dari sorot matanya.
Aku melakukan variasi gerakan
dengan posisi di atas aku yang pegang peranan, kombinasi antara hula hop lalu
maju mundur kemudian naik turun kembali lagi ber hula hop membuat Andri seakan
terbang tinggi dalam kenikmatan birahi, begitu juga aku, penis Andri sepertinya
menjelajah ke seluruh pelosok ruang vaginaku. Ternyata Andri tak mau kalah, dia
ikutan menggoyang pinggulnya melawan gerakanku, semakin cepat aku menurunkan
tubuhku semakin cepat pula dia menaikkan pinggulnya hingga vaginaku tersodok
dengan kerasnya begitu seterusnya. Tak teringat lagi apa yang dilakukan suamiku
di luar ruangan ini yang masih setia menunggu istrinya sedang bercinta dengan
mantan pacarnya.
“Ndri, aku mau keluar sayang”
kataku tak tahan menghadapi perlawanannya
“jangan dulu sayang, tidak
dalam posisi seperti ini” jawabnya sambil mengangkat tubuhnya hingga posisi
duduk dan aku dalam pangkuannya.
Goyanganku semakin cepat,
Andri sudah membenamkan kepalanya di antara kedua buah dadaku, mulutnya
mempermainkan putingku secara bergantian, aku merasakan kenikmatan yang hebat
antara kocokan di vagina dan kuluman maupun sedotan di putingku. Gerakanku
makin cepat dan tidak beraturan antara hingga tak tertahankan lagi aku mencapai
puncak kenikmatan yang indah.
“aaaaaaaaggghhhh?”. yessss?”
yessss?” yessssssss” desahku dalam orgasme sambil meremas rambut Andri yang
masih larut dalam keindahan permainan kami, sedotan di putingku makin kencang
ketika orgasme kudapatkan hingga menambah kenikmatan yang tiada terbayangkan
sebelumnya, tak lama kemudian maka lemaslah aku dalam pangkuannya. Andri
membelaiku dengan mesra, meski aku tahu dia belum mengalami orgasme, tapi dia
tetap tenang, aku masih dalam pangkuannya, dielusnya punggungku sementara
kepalaku sudah terkulai di pundaknya.
Penis Andri di vaginaku masih
menegang, aku merasa kasihan juga, tapi badanku lemes sehabis orgasme setelah
tiga hari tanpa sex. Dia menyuruhku berbaring di sebelahnya, kemudian
digulingkannya tubuhku hingga aku tengkurap, lalu Andri naik di atasku,
dipeluknya aku dari atas lalu dia bergeser di antara kakiku yang dipentangkan.
Ditariknya pantatku sedikit ke atas hingga aku agak nungging, kembali dia
melesakkan penisnya ke vaginaku dan dengan cepatnya mulai mengocok.
Tangannya mengelus punggungku
lalu tubuhnya tengkurap di atas tubuhku, dia mengocokku dari belakang dengan
posisi seperti ini, belum pernah aku melakukan sebelumnya dengan suamiku, ini
pengalaman pertamaku, gairahku mulai naik kembali merasakan sensasi kenikmatan
yang baru, tapi dengan posisi seperti ini aku tidak bisa melakukan apa apa
kecuali hanya pasrah menerima kenikmatan yang dia berikan. Menyadari
kepasrahanku, Andri makin menjadi jadi mengocokku, dihentakkannya pinggangnya
ke arah pantatku hingga penisnya menghantam dinding vaginaku dengan kerasnya
sambil dia menciumi tengkuk, pungak dan telingaku, yang kadang kadang
dikulumnya.
“aaaaauuugghhhhh?”eeeehhhhhh?”..emmmmhhhh”
hanya desah itulah yang bisa kulakukan. Entah gaya apa yang dimainkan ini, yang
jelas bukan doggie, mungkin gaya kura-kura kali, tapi who cares, yang penting
aku mendapatkan pelajaran dan kenikmatan baru dari dia.
Tak lama kemudian kurasakan
denyutan keras dari penis Andri menghantam dinding vaginaku dengan kerasnya,
semprotan demi semprotan kunikmati dengan perasaan yang lain, begitu kerasnya
denyutan itu hingga mengantarku mencapai orgasme yang kedua kalinya hingga kali
ini aku benar benar lemas tak bertenaga. Andri terkulai diatas punggungku
setelah menyemprotkan spermanya di vaginaku, kemudian dia berguling berbaring
di sebelahku.
“Ternyata kamu lebih hebat
dari yang aku bayangkan selama ini” komentarnya setelah selesai menyetubuhiku
lebih setengah jam.
“Tak kusangka bercinta dengan
kamu bisa senikmat ini” lanjutnya.
“Kamu orang kedua setelah
suamiku, dan aku benar benar menikmati saat saat seperti ini” jawabku
“beruntunglah aku” Andri
menimpali sambil tangannya mengelus punggungku
“aku juga beruntung bisa
mendapat kesempatan seperti ini, bisa merasakan dua penis yang berbeda dengan
permainan yang berbeda pula” kataku sambil meremas penisnya yang mulai melemas.
“kenapa tidak kamu bandingkan
saja perbedaannya sekarang, percaya deh sensasinya pasti berbeda?”
“maksudmu ?” kataku nggak
ngerti
“sekarang kamu main dengan
suamimu disini, kalau mau, aku yang akan mengatur, serahkan padaku” usulnya
“kamu gila Ndri, setelah aku
dengan kamu, lalu kamu minta aku dengan suamiku, mana aku bisa aku lakukanitu,
lagian aku juga sudah capek”
“yang penting kamu mau nggak
“, soal lainnya serahkan aku, percaya deh pasti kamu akan berterima kasih
setelah ini” jelas Andri meyakinkanku.
Timbul rasa ingin mencoba,
tapi ragu ragu juga, kupikir kembali untung ruginya, sepertinya untung saja
nggak ada ruginya bagiku. Aku terdiam karena malu untuk menjawab.
“oke kamu berpakaian seperti
biasa, kupanggil suamimu masuk, trust me” katanya lalu kami berpakaian seperti
layaknya.
“baik, tapi beri aku waktu
sebentar untuk memulihkan tenagaku” pintaku.
Setelah beristirahat sebentar,
kami kembali ke ruang prakteknya dan dia memanggil suster untuk mempersilahkan
suamiku masuk. “Pak Hendra, saya sudah memeriksa anatomi tubuh istri anda,
hasilnya dalam beberapa hari lagi, sekarang saya ingin melihat bagaimana
pengaruh sperma anda pada bu Hendra” kata Andri ketika aku dan suamiku
menghadapnya sebagai seorang dokter.
“maksud dokter” kata suamiku
nggak ngerti
“saya ingin anda berhubungan,
sekarang, di sini, setelah itu saya periksa lagi kondisi rahim istri anda
setelah berhubungan” jelasnya lagi
“sekarang ” di sini dok ?”
suamiku bengong
“ya sekarang, tentu saja tidak
disini, maksud saya di kamar sebelah, jangan kuatir pak, nanti anda akan tahu
sendiri, oke aku siapkan dulu” katanya lalu dia beranjak dari kursinya dan
menuju ke kamar sebelah, mungkin merapikan sprei yang acak acakan habis kami
pakai tadi.
“silahkan, santai saja, jangan
tegang, kalau ada masalah di dalam ada intercom yang bisa menghubungi saya”
katanya setelah keluar dari kamar sebelah sambil mempersilahkan kami masuk.
Untuk kedua kalinya kumasuki
kamar itu, tapi kali ini dengan orang lain, yaitu suamiku sendiri, ternyata
ranjang sudah rapi.
Agak canggung juga suamiku
memulainya, maka aku ambil inisiatif, tanpa membuka baju kulepas celana
dalamku, ternyata sperma Andri banyak tumpah di situ maka aku ke toilet untuk
membersihkan vaginaku dari sperma Andri, aku nggak mau suamiku curiga pada cairan
di vaginaku. Kulihat dia ragu ragu melepas celananya, aku langsung berlutut di
depannya dan langsung ku kulum penisnya untuk membangkitkan gairah sexualnya.
Andri benar, kurasakan sensasi
yang berbeda dibandingkan tadi. Tidak terlalu lama membuat penis suamiku
menegang karena sudah tiga hari kami tidak bercinta. Kurebahkan suamiku di
ranjang lalu kuteruskan mengulum penisnya, ingin rasanya kumasukkan langsung ke
vaginaku untuk merasakan perbedaan kenikmatan yang dijanjikan Andri. Tapi tiba
tiba pintu diketuk dari luar, kami kaget sesaat, karena posisiku di atas dan
aku masih memakai pakaian meski tanpa celana dalam, maka aku buka pintunya,
ternyata dokter Andri.
“maaf mengganggu, aku lupa
pesan kalau bu Hendra harus di bawah, jangan di atas” kata dokter Andri dengan
sorot mata yang nakal, kembali kututup pintu kamar sambil ngedumel, sialan,
batinku.
Tanpa melepas bajuku karena
khawatir ketahuan ada bau badan lain yang masih menempel di tubuhku, aku
langsung berbaring di sebelah suamiku, kami berciuman sebentar lalu suamiku
mengatur posisinya di antara kakiku, kupegang penisnya dan kubimbing ke
vaginaku setelah menyingkapkan rok ku hingga ke perut, kuusap usapkan di bibir
vagina hingga kembali menegang, lalu didorongnya perlahan hingga masuk secara pelan
pelan sampai semua tertanam di dalam, dia diam sebentar. Sekali lagi Andri
benar, aku merasakan kenikmatan yang berbeda saat penisnya mulai mengocok
vaginaku. Meski irama kocokannya tak seindah Andri, tapi kenikmatan yang
kuperoleh boleh dibilang setara, tiap irama kocokan maupun bentuk penis
mempunyai kenikmatan yang berbeda, baru sekarang aku bisa bilang seperti itu,
tak pernah aku membayangkan menikmati sensasi seperti ini.
Kunaikkan kakiku ke pundaknya
supaya suamiku bisa mengocok lebih dalam, aku tidak berani menjerit takut
ketahuan, suamiku meremas buah dadaku dari luar sambil mengocok dengan keras.
Karena sudah tiga hari tidak berhubungan, maka tidak sampai sepuluh menit
suamiku sudah orgasme, dia menyemprotkan spermanya di vaginaku dengan kerasnya
seakan memenuhi vaginaku, jauh lebih banyak dari punya Andri tadi, denyutannya
begitu keras tapi tak bisa membuatku orgasme dalam waktu sesingkat itu. Setelah
tidak ada lagi semprotannya, suamiku terkulai di atas tubuhku, kembali aku
merasakan aroma tubuh yang berbeda di antara keduanya, kuelus punggungnya dan
dia mencium keningku, lalu kami berbenah diri kemudian keluar kamar, tak
kudapati dokter Andri di situ.
Kamipun menunggu di
ruangannya, tak lama kemudian dia muncul.
“Oke tolong ibu kembali ke
kamar tadi aku perlu berbincang dengan Pak Hendra dulu sebelum memeriksa Ibu”
kata Andri sambil mempersilahkan aku kembali ke kamar.
Entah apa yang dibicarakan
kedua laki laki itu di luar karena aku harus masuk kamar itu untuk ketiga kalinya,
entah kali ini dengan yang mana lagi.
Sambil menunggu orang
berikutnya yang masuk kamar, aku merenung tentang apa yang barusan terjadi,
dalam tempo kurang dari 2 jam, aku sudah bercinta dengan dua orang yang aku
cintai secara berurutan, suatu pengalaman yang tak akan terlupakan meskipun
yang terakhir dengan suamiku tak sempat mengalami orgasme, sebenarnya ingin
melanjutkan lagi untuk menuntaskan berahi yang tak tertuntaskan.
Aku sempat melamun kalau
seandainya bercinta dengan mereka berdua sekaligus, seperti yang pernah aku
lihat di film biru betapa indah dan nikmatnya, tapi segera kutepis khayalan itu
karena suamiku sudah pasti akan keberatan kalau harus berbagi istri dengan
orang lain. Ternyata orang berikutnya yang masuk seperti dugaanku adalah Andri.
“gimana Ly, kamu harus
berterima kasih atau mengumpatku ?” tanyanya menggoda
“tak kusangka begitu nikmat,
begitu erotis” kataku sambil memeluknya pertanda terima kasih.
“kalau melihat begitu cepat,
pasti kamu belum orgasme” tanyanya berlagak bodoh
Tanpa menjawab dan tanpa malu
malu aku langsung membelakangi Andri membungkukkan badan dan menyingkapkan
rok-ku hingga tampaklah pantatku yang putih mulus.
“beri aku sekali lagi Ndri
agar tuntas” pintaku.
Dengan segera dia membuka
resliting celananya dan tanpa melepas celana dikeluarkannya penisnya yang sudah
menegang kembali. Pinggangku dipegangnya dan dengan sekali dorong untuk kedua
kalinya aku menikmati penisnya hari itu. Kali ini aku tak berani teriak karena
tak tahu dimana posisi suamiku, terdengar kecipuk cairan sperma suamiku yang
masih di vaginaku ketika Andri mengocokku, tapi sepertinya dia tidak peduli.
Kembali kurasakan perbedaan sensasi dan kenikmatan dari Andri dan suamiku,
karena memang birahiku sudah tinggi, tak lama kemudian akupun mendapatkan
orgasme untuk kesekian kalinya dari Andri, tanpa dia mengalami orgasme lalu
Andri memasukkan kembali penisnya ke celananya.
“Aku sudah memeriksa alat
reproduksi suamimu, penisnya gede juga sih pasti kamu puas dengan punya
suamimu, Cuma karena agak membengkok ke kiri mungkin sedikit berpengaruh pada
semprotannya dan karena gede dan panjang aku perkirakan berpengaruh pada
rahimmu ketika dia mengocok dengan keras” katanya setelah merapikan celananya.
Kamipun kembali ke ruang
praktek, suamiku menunggu di sana, setelah memberi obat penyubur dan obat
lainnya kamipun berpamitan pulang ketika jam sudah menunjukkan 10 malam.
Pengobatan kami berlanjut
terus setiap Senin Kamis dengan cara “therapy” yang sama, yaitu gantian antara
suamiku dan Andri sambil dia melakukan therapy yang sebenarnya pada kami dan
suamiku.
Lebih dari setahun kami
melakukan konsultasi dengan dokter Andri ketika akhirnya kami memutuskan untuk
beralih ke dokter lain karena tidak ada tanda-tanda kehamilan.
Antara kecewa dan bersukur
karena kalau sampai hamil aku tentu bingung siapakah ayah dari anakku, suamiku
atau Andri. Meski begitu aku masih berhubungan dengan Andri diluar praktek dia
sebagai pelampiasan cinta yang terputus.
Itulah awal bagaimana aku
akhirnya berpetualang dengan banyak laki laki dan pada akhirnya suamiku juga
terbawa petualanganku untuk melakukan hubungan sex secara terbuka maupun
beramai ramai.
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.